Sosialisasi PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah)

| Rabu, 29 Februari 2012
Tanya (T): Apa yang melatarbelakangi sehingga PLTSa dipilih sebagai alternatif terbaik untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Bandung ?
Jawab (J): Perjalanan panjang sejak musibah Leuwigajah telah membuat Pemkot dan DPRD turut prihatin, dan sepakat untuk lebih serius mengelola persampahan, khususnya Kota Bandung.
Waktu itu, Pemkot Bandung mencoba mencari pengelolaan sampah terbaik, di antara sekian banyak alternatif pengolahan sampah. Dilakukanlah gelar pengolahan sampah di Hotel Grand Aquila dan diikuti sebanyak 16 presenter dalam dan luar negeri, dari mulai teknologi yang sangat sederhana sampai yang menggunakan teknologi tinggi. DPRD Kota Bandung hadir bahkan ditawarkan untuk ikut sebagai tim penilai, tapi saya katakan, DPRD bukan kapasitasnya untuk ikut menentukan cara apa yg terbaik. Biarlah itu dari eksekutif saja dengan melibatkan para ahli. Tim penilai inilah yg akan menentukan PLTSa merupakan yang cocok untuk Kota Bandung.
T: Sejauh mana dukungan DPRD terhadap rencana pendirian PLTSa tersebut ?
J: Pada prinsipnya, DPRD sangat mendorong dilakukannya metode terbaik pengolahan sampah. karena model lama seperti open dumping atau sanitary landfill dirasa sudah tidak cocok mengingat lahan perkotaan yang terus menyempit. Untuk meyakinkan pilihan pemkot terhadap PLTSa, perwakilan Komisi C DPRD Kota Bandung ikut ke Shanghai China untuk melihat PLTSa yang diterapkan di sana . Di tengah pemukiman padat dan tidak mencemari lingkungan dan pengelolaan yang bersih serta profesional, itulah yang didapat dari Shanghai . Oleh karena itu DPRD mendukung Pemkot. DPRD juga mengusulkan agar Kota Bandung punya tempat pengolahan sampah sendiri agar tidak tergantung pada kota/kabupaten lain. Maka dipilihlah Gedebage yg dipandang layak. Selanjutnya proses teknis oleh Pemkot Bandung.
T: Aspek-aspek apa saja yang menjadi pertimbangan DPRD Kota Bandung dalam mendukung rencana pembangunan PLTSa di Kota Bandung ?
J:Yang penting tidak mencemari lingkungan yang biasa merugikan masyarakat Kalau masih ada pihak yang tidak setuju, maka ini tugas Pemkot Bandung untuk menjelaskan bersama dengan para pakar lingkungan.
DPRD memandang, budaya pemilahan sampah di Kota Bandung khususnya masih sangat lemah. Masyarakat masih banyak yang membuang sampah di sungai, atau di sebarang tempat. Artinya, kalau harus dipilah-pilah tampaknya masih sulit. Saya sangat menghargai upaya sebagian masyarakat melalui RW/elemen lain, yang turut serta mengolah sampah menjadi hal bermanfaat seperti kompos, daur ulang dan lain-lain. Ini harus didorong, walaupun untuk skala kota tampaknya masih sangat berat.
T: Bagaimana sikap DPRD Kota Bandung terhadap adanya warga yang pro dan kontra di masyarakat saat ini, khususnya di wilayah pemukiman sekitar rencana lokasi PLTSa. Dan bagaimana menurut Bapak solusi terbaiknya, serta upaya-upaya yang perlu dilakukan, baik oleh pihak Pemkot Bandung maupun DPRD atau pihaklainnya?
J: Pro dan kontra selalu ada. Masalahnya tadi, pada sosialisasi. Kalau ITB sudah punya studi kelayakan, dan sekarang sedang disusun Amdal (Analisis mengenai Dampak Lingkungan), mudah-mudahan pertanyaan warga masyarakat bisa terjawab. Tapi harus diingat, Pemkot juga harus memberikan apresiasi terhadap elemen masyarakat yang selama ini telah memberikan kontribusi besar terhadap pengolahan sampah kota . Banyak dari mereka yang sudah berhasil mengolah sampah jadi kompos, atau daur ulang yang menghasilkan nilai ekonomi. Terhadap mereka, seyogyanya Pemkot memberi dukungan, kalau perlu dianggarkan dalam APBD supaya persoalan sampah Kota Bandung bisa selesai dan masyarakat juga dilibatkan. Sepanjang PLTSa belum dibangun, peran masyarakat dalam pengolahan sampah harus terus ditingkatkan. Kalau pun nanti PLTSa jadi dibangun, tentunya masih banyak ruang bagi masyarakat untuk memberdayakan dirinya dalam pengolahan sampah. Ujar ( YUYUN ) 

0 komentar:

Posting Komentar

Ayo Pada Ngasih Komentar

Next Prev
▲Top▲