Tanya (T): Apa yang
melatarbelakangi sehingga PLTSa dipilih sebagai alternatif terbaik untuk
mengatasi permasalahan sampah di Kota Bandung ?
Jawab (J): Perjalanan panjang sejak musibah Leuwigajah telah membuat Pemkot dan DPRD turut prihatin, dan sepakat untuk lebih serius mengelola persampahan, khususnya Kota Bandung. |
|
Waktu itu, Pemkot Bandung mencoba mencari pengelolaan
sampah terbaik, di antara sekian banyak alternatif pengolahan sampah.
Dilakukanlah gelar pengolahan sampah di Hotel Grand Aquila dan diikuti
sebanyak 16 presenter dalam dan luar negeri, dari mulai teknologi yang
sangat sederhana sampai yang menggunakan teknologi tinggi. DPRD Kota
Bandung hadir bahkan ditawarkan untuk ikut sebagai tim penilai, tapi
saya katakan, DPRD bukan kapasitasnya untuk ikut menentukan cara apa yg
terbaik. Biarlah itu dari eksekutif saja dengan melibatkan para ahli.
Tim penilai inilah yg akan menentukan PLTSa merupakan yang cocok untuk
Kota Bandung.
| |
T: Sejauh mana dukungan DPRD terhadap rencana
pendirian PLTSa tersebut ?
J: Pada prinsipnya, DPRD sangat mendorong
dilakukannya metode terbaik pengolahan sampah. karena model lama seperti
open dumping atau sanitary landfill dirasa sudah tidak cocok mengingat
lahan perkotaan yang terus menyempit. Untuk meyakinkan pilihan pemkot
terhadap PLTSa, perwakilan Komisi C DPRD Kota Bandung ikut ke Shanghai
China untuk melihat PLTSa yang diterapkan di sana . Di tengah pemukiman
padat dan tidak mencemari lingkungan dan pengelolaan yang bersih serta
profesional, itulah yang didapat dari Shanghai . Oleh karena itu DPRD
mendukung Pemkot. DPRD juga mengusulkan agar Kota Bandung punya tempat
pengolahan sampah sendiri agar tidak tergantung pada kota/kabupaten
lain. Maka dipilihlah Gedebage yg dipandang layak. Selanjutnya proses
teknis oleh Pemkot Bandung.
| |
|
T: Aspek-aspek apa saja yang menjadi pertimbangan
DPRD Kota Bandung dalam mendukung rencana pembangunan PLTSa di Kota
Bandung ?
J:Yang penting tidak mencemari lingkungan yang biasa merugikan masyarakat Kalau masih ada pihak yang tidak setuju, maka ini tugas Pemkot Bandung untuk menjelaskan bersama dengan para pakar lingkungan. |
DPRD memandang, budaya pemilahan sampah di Kota
Bandung khususnya masih sangat lemah. Masyarakat masih banyak yang
membuang sampah di sungai, atau di sebarang tempat. Artinya, kalau harus
dipilah-pilah tampaknya masih sulit. Saya sangat menghargai upaya
sebagian masyarakat melalui RW/elemen lain, yang turut serta mengolah
sampah menjadi hal bermanfaat seperti kompos, daur ulang dan lain-lain.
Ini harus didorong, walaupun untuk skala kota tampaknya masih sangat
berat.
T: Bagaimana sikap DPRD Kota Bandung terhadap adanya
warga yang pro dan kontra di masyarakat saat ini, khususnya di wilayah
pemukiman sekitar rencana lokasi PLTSa. Dan bagaimana menurut Bapak
solusi terbaiknya, serta upaya-upaya yang perlu dilakukan, baik oleh
pihak Pemkot Bandung maupun DPRD atau pihaklainnya?
J: Pro dan kontra selalu ada. Masalahnya tadi, pada
sosialisasi. Kalau ITB sudah punya studi kelayakan, dan sekarang sedang
disusun Amdal (Analisis mengenai Dampak Lingkungan), mudah-mudahan
pertanyaan warga masyarakat bisa terjawab. Tapi harus diingat, Pemkot
juga harus memberikan apresiasi terhadap elemen masyarakat yang selama
ini telah memberikan kontribusi besar terhadap pengolahan sampah kota .
Banyak dari mereka yang sudah berhasil mengolah sampah jadi kompos, atau
daur ulang yang menghasilkan nilai ekonomi. Terhadap mereka, seyogyanya
Pemkot memberi dukungan, kalau perlu dianggarkan dalam APBD supaya
persoalan sampah Kota Bandung bisa selesai dan masyarakat juga
dilibatkan. Sepanjang PLTSa belum dibangun, peran masyarakat dalam
pengolahan sampah harus terus ditingkatkan. Kalau pun nanti PLTSa jadi
dibangun, tentunya masih banyak ruang bagi masyarakat untuk
memberdayakan dirinya dalam pengolahan sampah. Ujar ( YUYUN )
|
pulsa gratis
12 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar
Ayo Pada Ngasih Komentar